COP28: Perdebatan Sengit Menghanjur saat Membahas Penghapusan Bahan Bakar Fosil

Kesepakatan Mengenai Penghapusan Bahan Bakar Fosil Semakin Kontroversial

Baca Juga:

COP28 Masuki Babak Akhir, Penghapusan Bahan Bakar Fosil Jadi Perdebatan Sengit

Setelah dua minggu berlangsung, Konferensi Perubahan Iklim ke-28 atau yang biasa disebut COP28, akhirnya memasuki babak akhir. Acara ini dipenuhi dengan diskusi dan perdebatan tentang penghapusan bahan bakar fosil sebagai langkah nyata dalam mengatasi krisis iklim global.

Langkah Radikal atau Tantangan Terlalu Besar?

Pertemuan para pemimpin dunia, ilmuwan, dan negosiator di COP28 ini menjadi ajang untuk merumuskan kebijakan dan komitmen bersama dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga keberlanjutan planet kita. Salah satu isu utama yang terus menjadi perdebatan adalah penghapusan bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi terbarukan.

Namun, para negara anggota COP28 terbelah menjadi dua pandangan yang bertentangan. Ada yang berpandangan bahwa penghapusan bahan bakar fosil adalah langkah radikal yang akan mengganggu ekonomi dan ketahanan energi negara-negara berkembang. Sementara itu, ada juga yang menganggap bahwa tantangan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca memang besar, tetapi hal ini harus dilakukan demi keberlanjutan planet dan kesejahteraan manusia.

Tawar-Menawar Komitmen

Sejauh ini, COP28 telah menghasilkan berbagai perjanjian dan komitmen dari berbagai negara. Namun, masih terdapat perbedaan pendapat dalam hal tingkat ambisiusnya. Beberapa negara maju mendesak untuk menghapus penggunaan bahan bakar fosil dalam waktu yang relatif singkat, sementara negara-negara berkembang menuntut waktu yang lebih lama untuk beradaptasi dan beralih ke energi terbarukan.

Tawar-menawar pun terus dilakukan antara kedua kelompok ini. Negara-negara maju menawarkan bantuan dan teknologi kepada negara-negara berkembang agar mereka dapat melaksanakan langkah-langkah pengurangan emisi dengan lebih mudah. Sementara itu, negara-negara berkembang menekankan perlunya bantuan finansial dan transfer teknologi yang adil agar mereka dapat mengatasi tantangan tersebut.

See also  Keajaiban Pendidikan! Salah Satu Universitas di Asia Tenggara Masuk Kelompok 10 Teratas Universitas Terbaik Dunia 2024

Dampak Terbesar bagi Negara Berkembang

Salah satu alasan sengitnya perdebatan ini adalah dampak yang akan dirasakan oleh negara-negara berkembang. Meskipun mereka adalah kontributor emisi CO2 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan negara maju, negara-negara berkembang justru akan mengalami dampak yang lebih besar akibat perubahan iklim.

Peningkatan suhu global, banjir, kekeringan, dan kenaikan permukaan air laut adalah beberapa dampak yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial yang signifikan bagi negara-negara berkembang. Oleh karena itu, mereka berargumen bahwa negara-negara maju harus turut bertanggung jawab dalam meredam krisis iklim dan memberikan bantuan yang diperlukan bagi negara-negara berkembang.

Keputusan Akhir di Ujung Tangan

Keputusan akhir tentang penghapusan bahan bakar fosil dan langkah-langkah penanggulangan perubahan iklim masih berada di ujung tangan para pemimpin dunia. Meskipun perdebatan sengit terus berlanjut, harapannya adalah bahwa COP28 bisa menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak kepada keberlanjutan planet dan kesejahteraan manusia.

Baca Juga:

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours